MUNGKIN tak pernah menyangka jika di kuartal pertama tahun ini kondisi bursa akan mengalami tekanan. Nilai, volume dan frekuensi transaksi turun cukup signifikan.
Ujungnya IHSG sudah turun 3% secara YTD dari awal tahun 2023.
Situasinya memang cukup rumit. Faktor geopolitik perang Rusia-Ukraina, inflasi yang tinggi, suku bunga naik, harga komoditas yang fluktuatif serta terakhir bangkrutnya satu bank di AS, Silicon Valley Bank.
Efek domino saling mempengaruhi, sistem yang bebas dan terbuka membuat antar negara sulit menghindar dari dampak yang ada saat ini.
Sebagian investor yang merasa ragu tentang sampai kapan kondisi ini, lantas “berdiam diri” sambil menunggu situasi.
Akibatnya bursa jadi sepi, setidaknya turun sekitar 35% dari rerata transaksi harian.
Lantas kira-kira sampai kapan situasi ini bisa kembali normal?
Tentu ini sangat tergantung pada pada berbagai masalah tadi, namun dari pengalaman yang ada setiap kondisi krisis selalu ada solusi dan pasar kembali normal.
Sudah beberapa kali kita mengalami kondisi krisis dengan berbagai penyebabnya.
Meski mungkin bisa salah, saya prediksikan bahwa pasar akan kembali recovery mulai kuartal kedua nanti.
Kebijakan kenaikan suku bunga tinggi akan berhenti setelah inflasi mulai terkendali.
Penyelematan perbankkan sangat penting dilakukan untuk menjaga institusi keuangan tetap dipercaya.
Nah, yang lebih susah diprediksi adalah perang Rusia dan Ukraina, kapan berakhir?
Saya optimistis jika negara tersebut mau menghentikan perang dan beralih ke penyelesaian diplomatik maka perekonomian yang saat ini carut marut akan segera ada perbaikan.
Bagi investor saham, ini saat-saat “di pertigaan” antara berhenti sejenak, bersih-bersih saham atau justru mulai belanja.
Masing-masing tentu punya konsekuensi dalam mencapai peluang. ***
Salam
Hari Prabowo
Ketua LP3M Investa dan Advisor MNC Sekuritas Semarang