MEGAWATI Soekarnoputri kembali membuat heboh. Setelah menyentil Joko Widodo pada HUT PDIP pada 9 Januari 2023, kini menyentil ibu-ibu. Apa yang dikritisi Mega? Ia gerah melihat ibu-ibu gemar banget ikut pengajian.
Di awal kritiknya, Mega mohon maaf beribu-ribu maaf dan minta jangan dibuli. Masuk pada substansinya Megawati mengatakan, “Nanti saya minta Ibu Risma (Mensos Tri Rismaharani) dan Ibu Bintang (Ketua Bidang II OASE KK Ibu Gusti Ayu Bintang Puspayoga) untuk membuat manajemen rumah tangga,” ucap Mega.
Pidato Mega terucap saat menjadi pemateri dalam Seminar Nasional Pancasila dalam Tindakan: ‘Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting, Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan, Kekerasan dalam Rumah Tangga, serta Mengantisipasi Bencana’ di Jakarta Selatan, Kamis (16/2/2023).
Kendati sudah minta tidak dibuli, tetap saja, ucapan ini menuai kritik dan hujatan netizen yang sangat keras. Bahkan, ucapan ini pun mendapat sanggahan dari tokoh Islam.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Bidang Dakwah dan Ukhuwah KH Cholil Nafis ikut merespons pernyataan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menyindir ibu-ibu pengajian.
Dia mengatakan memaafkan pernyataan Megawati tersebut. “Saya maafkan. Tapi tak ada ceritanya ibu-ibu rajin ngaji itu jadi bodoh dan tidak kreatif. Ngaji itu melatih hati dan mengkaji melatih pikir. Keduanya banyak yang bisa memadukan sekaligus,” tulis Kiai Cholil Nafis dalam akun Twitter pribadinya, Sabtu (18/2/2023).
Mega tidak salah. Yang keliru tentu saja, logika dan narasinya. Sama ketika ia menyentil Joko Widodo, sama sekali Mega benar. Hanya kurang tepat menggunakan logika dan narasi.
Ada satu logika dan narasi yang bisa dijadikan pendekatan untuk mengeritik kondisi sosial. Itu disampaikan tokoh Islam Habib Muhammad Rizieq Shihab. Dalam satu kesempatan Habib Rizieq menyatakan, ada kekeliruan dalam masyarakat soal jilbab.
“Saya ngga pake jilbab ngga papa, yang penting kan hati saya pake jilbab,” ungkap Rizieq menangkap fenomena pembelaan orang-orang tidak mau berjilbab.
Sulit menyangkal pandangan ini.
Karena secara umum, banyak yang berjilbab hanya menutup auratnya saja, belum mampu menutup mulutnya tidak ember. Menutup hatinya tidak hasad, hasut. Hiduplah anggapan bahwa percuma berjilbab jika hati belum bersih.
Lalu bagaimana Rizieq mementahkan pandangan ini.
Dengan ilmu mantiq, dengan mudahnya Rizieq mematahkan logika bengkok itu. Ilmu mantiq itu, ilmu tentang hukum-hukum berpikir untuk memelihara jalan pikiran dari setiap kekeliruan. Ilmu mantiq membimbing dan menuntun seorang supaya berpikir benar dan teliti.
Bagaimana Rizieq mematahkan pandangan: hati saya yang berjilbab, kepala tidak berjilbab tidak papa.
Rizieq memulai dengan dogma, bahwa jilbab itu hukumnya wajib bagi perempuan. “Siapa yang perintah?” jamaahnya serempak menjawab Alloh.
“Kalau ada orang yang gak mau pake jilbab berarti dia melanggar perintah siapa?” jamaahnya serempak menjawab Alloh.
“Melawan siapa,” jamaahnya serempak menjawab Alloh.
“Kalau dia melawan Alloh akhlaknya bagus atau tidak?” jamaahnya serempak menjawab tidak.
“Bagiamana hatinya bagus kalau perintah Alloh dilawan,” tegas Rizieq.
Terlihat rentetan logika yang dibangun Rizieq untuk mementahkan dan menangkal pandangan umum masyarakat tentang jilbab.
Ini hanya didapat dari orang yang belajar ilmu mantiq.
Ilmu itulah yang diajarkan di pengajian. ***