Jurnalis Mancing
Advertisement
  • Home
  • Nasional
  • Parlemen
  • Bisnis
  • Korporasi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Jaka De Bobeta
  • Multimedia
    • Foto
    • Video
  • Ruang Tunggu
  • Komunitas
No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Parlemen
  • Bisnis
  • Korporasi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Jaka De Bobeta
  • Multimedia
    • Foto
    • Video
  • Ruang Tunggu
  • Komunitas
No Result
View All Result
Jaringan Media Independen
No Result
View All Result
Home Opini

NU Bancakan Elit Politik 

Satu Abad NU, Belum Membuatnya Dewasa 

by Hilal
07/02/2023
nu
Share on FacebookShare on TwitterWhatsapp

NU atau Nahdlatul Ulama merayakan hari jadi ke-100. Satu abad. #1AbadNU langsung trending di twitter. 5.622 tweet dalam rentang satu jam. 

Wajar. Ini ormas guede buanget. 90 juta warganya sekarang. Ya kurang lebih 30 persen Indonesia. 

Baca Juga

Anies Mulai Diperhitungkan PDIP

IHSG Mulai Bangkit, Pasar Bergairah 

Menunggu Recovery Bursa yang Remuk Redam 

Momentum seabad dirayakan meriah. Sangat meriah. 

Yang tidak fasih Al Fatihah pun hadir merayakan 100 tahun NU. Yang jarang ngaji pun ikut di HUT ini. 

NU itu seksi. Banget. Pake banget. Selain PSSI di sepak bola, tidak ada organisasi yang bersinggungan langsung dengan akar rumput dengan jumlah massa yang begitu besar. 

Kalau saja NU membuat Liga NU, pasti PSSI kalang kabut. 

Sayangnya, NU tidak ingin memainkan potensi itu. Dalam konteks politik tentu, kekuatan 90 juta itu, superior. Kandang banteng sih kalah. 

Pemilu 2019 PDIP meraih 27 juta suara. Gerindra 17,5 juta. Golkar 17,2. 

90 juta suara itu, superior. Tiga kali pemilu pun PDIP gak akan mampu mengumpulkan suara sebanyak itu. 

Namun seperti hadits Nabi Muhammad yang sangat relevan dengan konteks NU masa kini. 

Rasulullah bersabda, “nyaris orang-orang kafir menyerbu dan membinasakan kalian, seperti halnya orang-orang yang menyerbu makanan di atas piring.” 

Seseorang berkata, “Apakah karena sedikitnya kami waktu itu?” 

Beliau bersabda, “Bahkan kalian waktu itu banyak sekali, tetapi kamu seperti buih di laut. Dan Allah mencabut rasa takut musuh-musuhmu terhadap kalian serta menjangkitkan di dalam hatimu penyakit wahn.” 

Seseorang bertanya, “Apakah wahn itu?” Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut mati,” (HR. Ahmad, Al-Baihaqi, Abu Dawud).

Konteks yang pas dengan NU adalah jumlahnya banyak tapi bagai buih di lautan. NU itu tercerai-berai. Bajunya sama. Tidak satu visi. Tidak satu komando.

Karena itulah NU mudah disusupi. Juga ditunggangi.

Padahal, beberapa kali upaya mengkerdilkan NU itu gagal. Pak Harto, gagal mengebiri Gus Dur pada 1990. Cucu pendiri NU, Hasyim Asy’ari, membuat gerakan ekonomi menggandeng Bank Summa. Pak Harto tidak setuju dengan langkah Gus Dur. Karena dinilai membawa NU melenceng dari kegiatan keagamaan.

Kegiatan ekonomi ini gagal bukan karena larangan Pak Harto, melainkan salah manajemen mengelola dana umat. Walaupun begitu, rezim saat itu was-was, NU bisa menjelma menjadi kekuatan baru. 

Sadar akan kekuatan masif NU, Pak Harto berupaya memasung NU dan Gus Dur untuk tidak berpolitik dan kegiatan lainnya di luar kegiatan keagamaan.

Letkol Prabowo Subianto, kala itu, menantu Pak Harto, menjadi penengah sekaligus pembujuk Gus Dur untuk tidak berpolitik. Gus Dur dipanggil ke Mabes TNI.

Ampuh?

Gus Dur, ya Gus Dur, kalau tidak Gus Dur, dia bukan Gus Dur.

Ia tidak takut sama sekali. Malah balik mengancam, akan keluar dari NU. Pak Harto akhirnya terpaksa mengalah.

Sekali lagi NU membuktikan karomahnya. Pada Pemilu 1987, NU menarik diri dari Partai Persatuan Pembangunan. Ini karena NU tidak mendapat peran penting di partai berlambang Ka’bah itu. 

Akibatnya suara PPP anjlok dari 28% pada Pemilu 1982, menjadi 16% pada 1987.

Kini menjelang Pemilu 2024, NU diperhitungkan. Lihatlah, Pak Jokowi hadir di sana. Erick Thohir menjadi ketua panitia peringatan #1AbadNU. Ganjar Pranowo ada di sana. Beberapa menteri juga hadir.

Ini seperti menteri-menteri mau rapat kabinet di HUT #1AbadNU. Sebegitu pentingnya NU sehingga banyak elit politik hadir di sana. NU kegeeran. Baru sekali ini, HUT NU begitu meriah, megah, terpandang.

NU diperhitungkan di sini bukan karena peranannya penting bagi negara. Tapi suaranya penting untuk mengusung tokoh yang akan ke istana. 

Sinting.

Ayo NU, bangkitlah. Tidak cukupkah dua karomah yang sudah diberikan dalam rentang sejarah Indonesia. Pak Harto yang saat itu, semut pun harus tunduk kepadanya, gagal mengkerdikan kamu.

PPP yang merasa besar karena menjadi rumah bagi NU, gembos di Pemilu 1987.

Masih menunggu karomah yang lain? Tidakkah itu sangat cukup?

Sadarlah NU. Bangun dari tidurmu. Memang hari mulai malam, țapi jangan tidur. Jangan kau anggap hari lahirmu, 1926 itu ba’da Isya. Itu bukan jam. Tapi tahun. Kalau itu jam, memang waktunya tidur.

Tapi ini tahun. 100 tahun. Tak sebentar, itu. Bangkitlah.

Buatlah karomah ketiga.***

Share4Tweet2Send

Related Posts

anies
Opini

Anies Mulai Diperhitungkan PDIP

ANIES Baswedan sebagai calon presiden yang diusung koalisi PKS, Nasdem, dan Demokrat mulai diperhitungkan PDIP. Sekjen Partai PDIP Hasto Kristiyanto...

Read more
tanah merah
Opini

Tanah Merah Potret Suram Keberpihakan Negara

TANAH Merah menjerit di jelang tengah malam. Beberapa ledakan di Depo Pertamina Plumpang, Jumat (3/3/2023), merembet ke permukiman penduduk. Korban...

Read more
anak kos
Opini

Anak Kos Mau Beli Rumah Induk Semangnya

ANAK kos selalu punya impian. Dan itu wajar. Anak kos yang satu ini, juga punya impian. Ia mau beli rumah...

Read more
Leave Comment
anies

Anies Mulai Diperhitungkan PDIP

ihsg

IHSG Mulai Bangkit, Pasar Bergairah 

indonesia

Indonesia Dua Kali Ikut Piala Dunia U-20

  • pssi

    Ketum PSSI Jangan Seneng Petik Hikmah

    59 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Media Cetak pun Menapaki Jalur Digital

    43 shares
    Share 17 Tweet 11
  • SOP Tepuk Tangan

    43 shares
    Share 17 Tweet 11
  • Sepak Bola Lahir dari Kandang Kuda

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Menggebah Perusak Konstitusi

    26 shares
    Share 10 Tweet 7

Kanal Berita

  • Bisnis
  • Foto
  • Gaya Hidup
  • Jaka De Bobeta
  • JMI Pedia
  • Komunitas
  • Konservasi
  • Korporasi
  • Multimedia
  • Nasional
  • Olahraga
  • Opini
  • Parlemen
  • Reportase
  • ruang tunggu
  • sahamologi
  • Tips & Review
  • Video

About Us

  • Home
  • Profil
  • Disclaimer
  • Kontak Kita

Contact Us

Hubungi redaksi melalui email di bawah ini : [email protected]

© 2022 Jaringan Media Independen | Warta JMI.

No Result
View All Result
  • Home
  • Nasional
  • Parlemen
  • Bisnis
  • Korporasi
  • Olahraga
  • Gaya Hidup
  • Jaka De Bobeta
  • Multimedia
    • Foto
    • Video
  • Ruang Tunggu
  • Komunitas

© 2022 Jaringan Media Independen | Warta JMI.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist