Jakarta,WartaJMI — PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) intensif menggarap pembangunan Islamic Ecosystem. Kolaborasi tersebut berupaya meningkatkan market share perbankan syariah di Indonesia sekaligus mencapai visi BSI menjadi Top 10 Global Islamic Bank pada tahun 2025.
Direktur Treasury & International Banking BSI Moh Adib mengatakan sebagai bank syariah terbesar di Indonesia yang mengusung Islamic Ecosystem, kerja sama dengan dua BPD yaitu Bank Riau Kepri Syariah dan Bank Sulselbar menjadi salah satu bentuk strategi BSI dalam meningkatkan inklusi keuangan syariah di Indonesia.
“Kolaborasi ini merupakan salah satu upaya BSI dalam membangun Islamic Ecosystem di Tanah Air. Dengan semakin banyak BPD yang bergabung dalam ekosistem BSI artinya akan semakin menguatkan ekosistem ekonomi syariah dan akan semakin memudahkan masyarakat dalam mengakses layanan perbankan syariah,” kata Adib.
Sebagai salah satu bentuk dukungan dan sinergi perbankan syariah terhadap Bank Pembangunan Daerah BUS/UUS salag satunya adalah pemberian fasilitas committed line oleh BSI kepada Bank Riau Kepri Syariah untuk pengembangan bisnisnya. Fasilitas committed line ini dapat ditarik sewaktu-waktu dan sesuai kebutuhan melalui transaksi Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Perbankan Syariah (SIMA)
Sedangkan untuk Bank Sulselbar, BSI bekerja sama dalam bidang layanan jasa dan produk perbankan berupa treasury, international, commercial/trade finance, remittance, custodian, joint financing/sindikasi, dana pensiun, bank note, hasanah card, pembukaan rekening nostro/vostro dan lain-lain serta kerja sama lainnya dalam bentuk transfer knowledge terkait teknologi informasi, pengetahuan produk perbankan dan operasional yang berhubungan dengan perbankan syariah.
“Kami akan terus memperkuat sinergi dan kolaborasi dan untuk meningkatan inklusi dan market perbankan di Indonesia,” jelas Adib.
Sementara itu, BSI mencatatkan kinerja positif dan solid sepanjang tahun 2022. Ini tercermin pada torehan kinerja pada kuartal III/2022, BSI mencetak laba bersih mencapai Rp 3,21 triliun atau bertumbuh 42 persen secara year on year (YoY).
Kinerja positif ini juga didukung oleh kepercayaan masyarakat melalui penempatan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai Rp245,18 triliun, bertumbuh 11,86 persen dengan proporsi DPK didominasi oleh tabungan wadiah, giro dan deposito.
Posisi terbanyak didominasi oleh jenis tabungan wadiah menjadi salah satu produk yang diminati masyarakat karena bebas biaya administrasi bulanan dengan fasilitas e-banking yang modern dan mudah diakses dimanapun dan kapanpun.
Dari sisi bank juga memberikan dampak positif bagi perseroan dari sisi effisiensi bagi hasil. Kinerja positif juga didukung oleh pembiayaan yang tumbuh dan sehat. Pembiayaan BSI secara keseluruhan sebesar Rp199,82 triliun tumbuh 22,35 persen. Segmen pembiayaan terbesar yang menyokong capaian tersebut di antaranya pembiayaan mikro tumbuh 37,32 persen. Adapun pembiayaan kartu bertumbuh 35,81 persen sedangkan pembiayaan gadai tumbuh 30,15 persen. Pencapaian tersebut juga didukung oleh kualitas pembiayaan sehat yang tercermin oleh NPF Nett sebesar 0,59 persen.
Selain itu, capaian ini juga didukung pertumbuhan positif di seluruh komponen rasio keuangan. Pertumbuhan tersebut berdampak pada kualitas aset yang naik sebesar 11,53 persen (yoy) menjadi Rp280 triliun, Return of Equity (ROE) sebesar 17,44 persen. Biaya operasional (BOPO) juga naik menjadi 74,02 persen serta effisiensi biaya cost of fund (COF) turun menjadi 1,56 persen. (***)