Jakarta,WartaJMI – Minat masyarakat untik berinvetas kembali meningkat. Pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak 2020 menjadi salah satu momentum pendorong bagi masyarakat Indonesia untuk lebih menyadari pentingnya memiliki perencanaan keuangan, termasuk dana darurat, asuransi kesehatan, hingga investasi.
Timothy Astandu, Co-Founder dan CEO Populix menjelaskan, survei yang dilakukan Populix pada tahun 2022 menunjukan adanya kesadaran dan perilaku masyarakat Indonesia dalam berinvestasi. Termasuk rencana investasi di masa depan.
Dalam laporan survei yberjudul “Insights and Future Trends of Investment in Indonesia” menunjukkan, masyarakat Indonesia telah memiliki kesadaran yang lebih baik dalam berinvestasi.
Survei tersebut dilakukan terhadap lebih dari 1.000 responden di Indonesia untuk mengulas tentang kesadaran dan perilaku masyarakat Indonesia dalam berinvestasi, serta rencana investasi mereka di masa depan.
“Mayoritas, yakni 72 persen responden yang disurvei mengatakan bahwa mereka telah mulai berinvestasi, terutama di kalangan generasi milenial,” jelas Timothy.
Angka tersebut, lanjut Timothy, meningkat apabila dibandingkan dengan survey Populix yang dilakukan pada Januari 2021. Survei 2021 tersebut mengungkap bahwa 44 persen telah mulai berinvestasi.
“Survei tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, yang kini melek akan investasi. Kehadiran berbagai aplikasi investasi di tanah air juga tentunya mendorong inklusivitas kepada anak muda untuk mulai berinvestasi, di mana hal ini terlihat juga dari mayoritas responden yang memilih untuk menjalankan investasi melalui aplikasi,” ungkap Timothy.
Selain itu, sebelum memutuskan untuk berinvestasi, survei juga menunjukkan bahwa para responden ini telah mempertimbangkan aspek-aspek kondisi keuangan mereka, kejelasan informasi, serta profil risiko dari masing-masing instrumen investasi.
Artinya, saat ini mereka sudah memiliki kesadaran dan literasi keuangan yang lebih baik sebelum memulai untuk berinvestasi.
“Tentunya hal ini menjadi catatan positif untuk Indonesia. Namun, fenomena ini juga menjadi alarm pengingat bahwa diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak untuk terus mengimbangi minat anak muda Indonesia pada tren investasi dengan literasi keuangan yang lebih baik lagi,” ujar Timothy.
Survei Populix juga menemukan, dalam berinvestasi, responden mengalokasikan Rp100 ribu – Rp250 ribu dari pendapatan rutin, Adapun alokasi untuk investasi 5-10 persen berasa; dari pendapatan lain seperti tabungan, bonus atau penghasilan tambahan, THR, dana dari keluarga, dana darurat, dan hasil penjualan aset.
Hampir seluruh atau 95 persen responden sudah memiliki rencana untuk berinvestasi di masa depan. Investasi pilihan mereka dalam bentuk logam mulia sebesar 49 persen responden, perhiasan emas 42 persen, saham 42 persen, properti 37 persen, reksa dana 35 persen, sedangkan dan deposito 32 persen. (***)